Kamis, 19 Maret 2009

ditulis: HR Widodo AS

PAGUYUBAN TRAH BPH. SURONEGORO
MATARAM - KARTOSURO

''Sentana / Senopati Tamtama Kasunanan Mataram Kartosuro - Surakarta
Komandan Pasukan Kuda & Pasukan Gajah Kerajaan Mataram Kartosuro'''

Menurut silsilah keluarga dari pustaka Keraton Surakarta, Bandoro Pangeran Haryo Suronegoro adalah Putera Menantu PB I (Pangeran Puger), semasa muda bernama Raden Manyuro, sebagai senopati tamtama kerajaan Mataram-Kartosuro dan Surakarta, gelar lainnya adalah Pangeran Wahdat. 



 Raden Manyuro menyandang jabatan Komandan Pasukan Berkuda dan Gajah Kerajaan Mataram dengan segala ketangguhannya, meninggalkan riwayat kemulyaan pengabdian kepada kerajaan, diantaranya :




« Raden Manyuro berhasil menyelamatkan PB I/Pangeran Puger, riwayat terjadinya Gajah yang dikendarai raja di alun-alun Kartosuro mengamuk, dan dapat ditundukkan dengan mengikat di pohon kecil (sidoguri) yaitu pohon yang seratnya dipakai sebagai pengikat sapu lidi, yang akhirnya gajah dapat dibunuh.

Menyelamatkan keluarga raja dan pusaka andalan kerajaan Mataram-Kartosuro yaitu sebilah tombak bernama Kyai Plered. Terjadi saat kraton diduki pemberontakan, Pengungsian raja beserta keluarga dan abdi dalem dipimpin Raden Manyuro dengan menembus benteng kraton setebal +/- 2 meter sebelah timur dengan kesaktiannya. Sedangkan tombak Kyai Plered sempat tertinggal saat pengungsian keluarga raja, berhasil direbut kembali dengan melakukan penyerangan kedalam kraton. Atas darma baktinya Raden Manyuro diberikan gelar Suronegoro.

« Dalam kalangan rakyat Mataram tersebar uran-uran (tetembangan) ; “Semut Ireng” sebagai bentuk kekaguman rakyat terhadap ketangguhan Suronegoro atau Raden Manyuro si Ayam Merak, dengan mudah menghalau gajah tersirat dalam bait tembang yaitu “patine cineker ayam = matinya hanya dicakar ayam (merak)”.


« Sewaktu berkobar perang antara Lombok dan Bali di Pulau Lombok yang banyak makan korban jiwa maupun harta-benda, Suronegoro memimpin pasukan ekspedisi Mataram yang dikirim untuk mendamaikan peperangan tersebut. Prakarsa pasukan perdamaian ini kabarnya atas permohonan Kerajaan Bali kepada Kerajaan Mataram Kartasura. 


Suronegoro berangkat ke Pulau Lombok dengan Puteranya yang bernama Raden Panji Haryo Tohpati. Sebagai penghormatan jasa-jasa Suronegoro dalam mendamaikan peperangan tersebut, oleh Kerajaan Bali dibangun sebuah Taman yang indah dengan kolam (segaran) di Kota Cakranegara, Lombok dengan nama Taman Manyure (Manyuro). Sedang Desa sebelah Barat dari Taman Manyure bernama Tohpati. Desa tersebut adalah tempat kedudukan Raden Panji Haryo Tohpati sewaktu di Pulau Lombok. Selain di Pulau Lombok, nama Desa Tohpati juga terdapat di Pulau Bali, di tengah perjalanan Denpasar - Karangasem. Kota Karangasem merupakan kota pelabuhan penyeberangan laut ke Pulau Lombok. Agaknya pasukan ekspedisi Mataram tersebut melalui jalan darat lewat Denpasar - Karang¬asem. Desa Tohpati sekarang terkenal dengan Pabrik Pemintalan Benang-nya. (Patal Tohpati). Sedang nama Ibu Kota NTB(Propinsi Nusa Tenggara Barat) Mataram adalah nama desa dimana pasukan ekspedisi Mataram berkemah. Nama ini juga terdapat di Jakarta, Matraman (Mataraman), desa tempat berkemah pasukan Mataram sewaktu menyerang Betawi (Jakarta).



Suronegoro bertempat tinggal ditanah yang luas di Kentingan Solo. Se­karang tanah tersebut dipakai untuk kampus UNS (Universitas Sebelah Maret). Rongsokan kereta-keretanya masih dapat dilihat di Gunung Kendil dalam kampus tersebut. Beliau wafat dimakamkan di timur jembatan Jurug, Solo. Makam ter­sebut sekarang terkenal sebagai makam Kanjeng Panembahan Suronegoro. 



Selain Makam Suronegoro, di luar cungkup yang berpintu terali besi ter­sebut juga terdapat makam putera wayah seperti halnya Raden Panji Haryo Tohpati, Raden Ngabei Talikepuh, kerabat-kerabat, dan abdinya. 



Isteri Suronegoro yang Puteri dari Paku Buwono I, dimakamkan di Pemakaman Raja-raja Imogiri. Sampai sekarang makam Kanjeng Panembahan Suronegoro di Jurug tersebut menjadi tempat punden yaitu tempat berdoa dan bertirakat yang dikunjungi para peziarah baik dari berbagai kalangan masyarakat .

Sedangkan isteri Suronegoro puteri PB I bernama Bandoro Raden Ajeng Manis dari isteri Mas Ayu Tjondrowati berasal dari Jurug. Wafat dimakamkan di makam raja-raja Imogiri Yogjakarta.
Kliping: koran harian Suara Merdeka 18 Desember 1983, oleh R Winarso S;

Catatan Penulis : Dari keturunan BPH Suronegoro sampai dengan penulis (isteri Penulis / Sri Lestari Handyani (Ganco)) adalah mencapai level / drad Galih Asem ( level ke 10), sedangkan eyang Raden Ngabei Talikepuh juga dimakamkan disebelah barat beserta putera puteranya :

Makam Raden Ngabei Talikepuh, disebelah barat cungkup

Dari sumber disadur kembali oleh Trah Suronegoro - Sontoturonggo - Talikepuh - Kromodjayan.
NB: Pengunggah cerita adalah HR Widodo AS (Trah Kromodjayan_Mojokerto), isteri Hj.Sri Lestari Handayani (Trah BPH Suronegoro - Sultan Bintoro Demak)